Sabtu, 09 April 2011
Rabu, 30 Maret 2011
SEJARAH BULUTANGKIS DI INDONESIA, DAN SEJARAH BERDIRINYA PB PBSI
Dari mana cabang olahraga badminton berasal dan bagaimana sejarah awalnya ? Orang hanya mengenal nama badminton berasal dari sebuah rumah/istana di kawasan Gloucester-shire, sekitar 200 kilometer sebelah barat London, Inggris. Badminton House, demikian nama istana tersebut, menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga ini mulai dikembangkan menuju bentuknya sekarang. Di bangunan tersebut, sang pemilik, Duke of Beaufort dan keluarganya pada abad ke-17 menjadi aktivis olahraga ini. Akan tetapi, Duke of Beaufort bukanlah penemu permainan itu. Badminton hanya menjadi nama karena dari situlah permainan ini mulai dikenal di kalangan atas dan kemudian menyebar. Badminton menjadi satu-satunya cabang olahraga yang namanya berasal dari nama tempat.
Yang juga tanda tanya besar adalah bagaimana nama permainan ini berubah dari battledore menjadi badminton. Nama asal permainan dua orang yang menepak bola ke depan (forehand) atau ke belakang (backhand) selama mungkin ini tadinya battledore. Asal mula permainan battledore dengan menggunakan shuttlecock (kok) sendiri juga misteri. Dulu orang menggunakan penepak dari kayu (bat). Dua orang menepak “burung” itu ke depan dan ke belakang selama mungkin.
Permainan macam ini sudah dilakukan anak-anak dan orang dewasa lebih dari 2000 tahun lalu di India, Jepang, Siam (kini Thailand), Yunani, dan Cina. Di kawasan terakhir ini dimainkan lebih banyak dengan kaki. Di Inggris ditemukan ukiran kayu abad pertengahan yang memuat gambar anak-anak sedang menendang-nendang shuttlecock. Permainan menggunakan kok memang mempunyai daya tarik tersendiri. Setelah ditepak atau dipukul ke atas maka begitu “jatuh” (menurun) kok akan melambat, memungkinkan orang mengejar dan menepaknya lagi ke atas. Yang menjadi tanda tanya, bagaimana bisa terbentuk kok seperti sekarang: ada kepala dengan salah satu ujung bulat dan di ujung lain yang datar tertancap belasan bulu sejenis unggas? Bahan-bahan untuk membuat kok memang sudah ada di alam. Bentuk kepala kok yang bulat sudah ada di sekitar kita, biasa ditemukan dalam buah-buahan atau batu.
Pertanyaannya adalah bagaimana awalnya bulu-bulu abisa menancap di kepala kok ? Ada yang berpendapat bahwa ada seseorang sedang duduk di kursi dan di depannya meja tulis. Dia melamun dan memikirkan sesuatu yang jauh. Tanpa disengaja dia mengambil tutup botol yang terbuat dari gabus dan kemudian menancap-nancapkan pena yang ketika itu terbuat dari bulu unggas. Beberapa pena tertancapkan dan jadilah bentuk sederhana sebuah kok.
Tentu ini tidak ada buktinya. Hanya kemudian memang terbentuk alat permainan seperti itu yang di tiap kawasan berbeda bentuknya. Pada tahun 1840-an dan 1850-an keluarga Duke of Beaufort ke-7 paling sering menjadi penyelenggara permainan ini. Menurut Bernard Adams (The Badminton Story, BBC 1980) anak-anak Duke – tujuh laki-laki dan empat perempuan – inilah yang mulai memainkannya di ruang depan. Lama-lama mereka bosan permainan yang itu-itu saja. Mereka kemudian merentangkan tali di antara pintu dan perapian dan bermain dengan menyeberangkan kok melewati tali itu. Itulah awal net. Akhir tahun 1850-an mulailah dikenal jenis permainan baru. Pada tahun 1860-an ada seorang penjual mainan dari London – mungkin juga penyedia peralatan battledore – bernama Isaac Spratt, menulis Badminton Battledore – a new game. Tulisan tersebut menggambarkan terjadinya evolusi permainan di Badminton House.
Riwayat singkat berdirinya Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI)
Pada jaman penjajahan dahulu, ada perkumpulan-perkumpulan bulutangkis di Indonesia yang bergerak sendiri-sendiri tanpa satu tujuan dan satu cita-cita perjuangan di alam negara merdeka, memang tidak bisa dibiarkan berlangsung terus.Harus diusahakan satu organisasi secara nasional, sebagai organisasi pemersatu.
Untuk menempuh jalan menuju satu wadah organisasi maka cara yang paling tepat adalah mempertemukan tokoh perbulutangkisan dalam satu kongres. Pada saat itu memang agak sulit untuk berkomunikasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Satu-satunya yang bisa ditempuh adalah lingkungan pulau jawa saja. Itupun bisa ditempuh setelah terbentuknya PORI ( Persatuan Olah Raga Replubik Indonesia ).
Usaha yang dilakukan oleh Sudirman Cs dengan melalui perantara surat yang intinya mengajak mereka untuk mendirikan PBSI membawakan hasil. Maka dalam suatu pertemuan tanggal 5 Mei 1951 di Bandung lahirlah PBSI ( Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia ) dan pertemuan tersebut dicatat sebagai kongres pertama PBSI. Dengan ketua umumnya A. Rochdi Partaatmadja, ketua I : Soedirman, Ketua II : Tri Tjondrokoesoemo, Sekretaris I : Amir, Sekretaris II : E. Soemantri, Bendahara I : Rachim, Bendahara II : Liem Soei Liong.
Dengan adanya kepengurusan tingkat pusat itu maka kepengurusan di tingkat daerah / propinsi otomatis menjadi cabang yang berubah menjadi Pengda ( Pengurus Dareah ) sedangkan Pengcab ( Pengurus Cabang ) adalah nama yang diberikan kepada kepengurusan ditingkat kotamadya / kabupaten. Hingga akhir bulan Agustus 1977 ada 26 Pengda di seluruh Indonesia ( kecuali Propinsi TImor-Timur ) dan sebanyak 224 Pengcab, sedangkan jumlah perkumpulan yang menjadi anggota PBSI diperkirakan 2000 perkumpulan.
Arti dari lambang PBSI, adalah sebagai berikut :
1. Terdiri dari 5 warna yang mempunyai arti, antara lain :
- Kuning : Simbul kejayaan
- Hijau : Kesejahteraan dan kemakmuran
- Hitam : Kesetiaan dan kekal
- Merah : Keberanian
- Putih : Kejujuran
- Kuning : Simbul kejayaan
- Hijau : Kesejahteraan dan kemakmuran
- Hitam : Kesetiaan dan kekal
- Merah : Keberanian
- Putih : Kejujuran
2. Gambar Kapas : Berjumlah 17 biji yaitu melambangkan angka keramat ( hari proklamasi ).
3. Gambar Shuttlecock : Dengan delapan bulu, melambangkan 8 ( agustus )
4. Huruf PBSI : terdiri dari 4 dihubungkan dengan gambar ½ lingkaran sebanyak 5 biji berwarna merah dibawah shuttlecock, melambangkan tahun 1945.
5. Gambar Padi : sebanyak 51 butir yang melambangkan hari lahirnya PBSI yaitu tahun tanggal 5 Mei 1951.
6. Gambar Perisai : Adalah simbul ketahanan, keuletan, rendah diri tapi ulet, kuat dan tekun.
Meretas Sejarah
All England Super Series
Turnamen prestisius All England atau yang dalam dua tahun terakhir ini berganti kulit menjadi All England Super Series tak bisa dipisahkan dari sejarah bulutangkis kita. Di ajang inilah, hampir setengah abad silam, Tan Joe Hok mengukir tinta emas sebagai orang Indonesia pertama yang menjadi kampiun pada 1959. Setelah itu, pemain seperti Rudy Hartono, yang mengoleksi delapan gelar juara, rekor yang belum terpecahkan hingga kini, menjadi legenda. Berikutnya muncul nama-nama Liem Swie King, Ardy B. Wiranata, dan Hariyanto Arbi meneruskan hegemoni Indonesia di sektor tunggal putra.
Di ganda putra, hadir Christian Hadinata/Ade Chandra, Tjun Tjun/Johan Wahyudi, Kartono/Heryanto, Eddy Hartono/Gunawan, Gunawan/Bambang Supriyanto, Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky, Candra Wijaya/Tony Gunawan, Tony/Halim Haryanto, Candra/Sigit Budiarto. Di ganda putri ada Minarni Soedaryanto/Retno Kustijah dan Verawaty Fajrin/Imelda Wiguna serta di campuran muncul Christian Hadinata/Imelda Wiguna.
Namun, kejayaan itu belakangan ini surut. Tidak ada lagi pemain kita yang berdiri di podium juara. Pemain terakhir yang memenangi kejuaraan tertua ini adalah Candra/Sigit pada tahun 2003.
“Setelah itu, kita memang mengalami paceklik prestasi hingga sekarang. Rekor buruk ini tentu harus dipecahkan sekarang,” sebut Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI, Lius Pongoh.
Tiga Nomor
Kini, dalam kejuaraan yang berlangsung di National Indoor Arena (NIA), Birmingham, 4-9 Maret, harapan itu coba kembali dihidupkan. Pemain-pemain Indonesia mencoba meretas sejarah dalam kejuaraan berhadiah total 200 ribu dolar AS itu. Harapan itu paling tidak ada di tiga nomor, yaitu ganda campuran, ganda putra, dan tunggal putra.
Christian, yang kini menjadi koordinator pelatih di Pelatnas Cipayung, berharap kemenangan yang dibuatnya pada 1979 bersama Imelda bisa dipecahkan kali ini. Apalagi, dua pasangan, Nova Widianto/Lilyana Natsir (unggulan kedua) serta Flandy Limpele/Vita Marissa (unggulan 3) memiliki kapasitas menjadi jawara.
“Peluang tetap ramai. Kalau mulus kami akan bertemu Flandy/Vita di semifinal,” sebut Nova sebelum terbang ke Birmingham, Sabtu.
Hal serupa ditimpali Lilyana. “Undiannya memang lumayan berat, tetapi peluang tetap ada. Kami perlu kerja keras dan semoga diberi keberuntungan,” ujar Butet, sapaan Lilyana.
Sebagai juara dunia dua kali, tahun 2005 di Anaheim, AS, dan 2007 di Kuala Lumpur, Nova/Butet memang begitu diharapkan bisa mengikuti jejak Christian/Imelda. “Doakan mudah-mudahan kami bisa,” tambah Nova. “Mudah-mudahan saya dan Nova bisa membuat sejarah lagi di All England,” tutur Butet.
Sikap lebih optimistis dilontarkan Vita. “Kondisi kami sangat siap. Juara? Tentu semua pemain pasti bertanding untuk menjadi juara,” kata Vita.
Selain di campuran, duet Markis Kido/Hendra Setiawan juga memiliki peluang besar. Sebagai unggulan kedua, dia bisa terhindar dari musuh terbesar yang belum dikalahkannya, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia), di babak awal.
“Semoga saja Koo/Tan terganjal lebih dulu sehingga kami bisa menjadi juara,” sebut Hendra.
Mampukah pasukan Cipayung memecahkan tradisi buruk belakangan ini di ajang yang disebut-sebut sebagai kejuaraan dunia tidak resmi itu? Harapan itu kini dibebankan kepada 26 pemain.
Selamat berjuang, Bung! (Broto Happy W.)
PEMAIN YANG DIKIRIM
---------------------------------------
Tunggal Putra: Sony Dwi Kuncoro, Taufik Hidayat, Tommy Sugiarto
Tunggal Putri: Maria Kristin Yulianti, Adrianti Firdasari, Pia Zebadiah
Ganda Putra: Markis Kido/Hendra Setiawan, Luluk Hadiyanto/Alvent Yulianto, Joko Riyadi/Hendra Aprida Gunawan, Bona Septano/Muhammad Aksan
Ganda Putri: Vita Marissa/Lilyana Natsir, Endang Nursugianti/Rani Mundiasti, Jo Novita/Greysia Polii, Nitya Krishinda/Lita Nurlita
Ganda Campuran: Nova Widianto/Lilyana Natsir, Flandy Limpele/Vita Marissa, M. Rizal/Greysia Polii, Davin Lahardi Fitriawan/Lita Nurlita
sumber :http://www.badminton-indonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2503&Itemid=2
Turnamen prestisius All England atau yang dalam dua tahun terakhir ini berganti kulit menjadi All England Super Series tak bisa dipisahkan dari sejarah bulutangkis kita. Di ajang inilah, hampir setengah abad silam, Tan Joe Hok mengukir tinta emas sebagai orang Indonesia pertama yang menjadi kampiun pada 1959. Setelah itu, pemain seperti Rudy Hartono, yang mengoleksi delapan gelar juara, rekor yang belum terpecahkan hingga kini, menjadi legenda. Berikutnya muncul nama-nama Liem Swie King, Ardy B. Wiranata, dan Hariyanto Arbi meneruskan hegemoni Indonesia di sektor tunggal putra.
Di ganda putra, hadir Christian Hadinata/Ade Chandra, Tjun Tjun/Johan Wahyudi, Kartono/Heryanto, Eddy Hartono/Gunawan, Gunawan/Bambang Supriyanto, Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky, Candra Wijaya/Tony Gunawan, Tony/Halim Haryanto, Candra/Sigit Budiarto. Di ganda putri ada Minarni Soedaryanto/Retno Kustijah dan Verawaty Fajrin/Imelda Wiguna serta di campuran muncul Christian Hadinata/Imelda Wiguna.
Namun, kejayaan itu belakangan ini surut. Tidak ada lagi pemain kita yang berdiri di podium juara. Pemain terakhir yang memenangi kejuaraan tertua ini adalah Candra/Sigit pada tahun 2003.
“Setelah itu, kita memang mengalami paceklik prestasi hingga sekarang. Rekor buruk ini tentu harus dipecahkan sekarang,” sebut Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PBSI, Lius Pongoh.
Tiga Nomor
Kini, dalam kejuaraan yang berlangsung di National Indoor Arena (NIA), Birmingham, 4-9 Maret, harapan itu coba kembali dihidupkan. Pemain-pemain Indonesia mencoba meretas sejarah dalam kejuaraan berhadiah total 200 ribu dolar AS itu. Harapan itu paling tidak ada di tiga nomor, yaitu ganda campuran, ganda putra, dan tunggal putra.
Christian, yang kini menjadi koordinator pelatih di Pelatnas Cipayung, berharap kemenangan yang dibuatnya pada 1979 bersama Imelda bisa dipecahkan kali ini. Apalagi, dua pasangan, Nova Widianto/Lilyana Natsir (unggulan kedua) serta Flandy Limpele/Vita Marissa (unggulan 3) memiliki kapasitas menjadi jawara.
“Peluang tetap ramai. Kalau mulus kami akan bertemu Flandy/Vita di semifinal,” sebut Nova sebelum terbang ke Birmingham, Sabtu.
Hal serupa ditimpali Lilyana. “Undiannya memang lumayan berat, tetapi peluang tetap ada. Kami perlu kerja keras dan semoga diberi keberuntungan,” ujar Butet, sapaan Lilyana.
Sebagai juara dunia dua kali, tahun 2005 di Anaheim, AS, dan 2007 di Kuala Lumpur, Nova/Butet memang begitu diharapkan bisa mengikuti jejak Christian/Imelda. “Doakan mudah-mudahan kami bisa,” tambah Nova. “Mudah-mudahan saya dan Nova bisa membuat sejarah lagi di All England,” tutur Butet.
Sikap lebih optimistis dilontarkan Vita. “Kondisi kami sangat siap. Juara? Tentu semua pemain pasti bertanding untuk menjadi juara,” kata Vita.
Selain di campuran, duet Markis Kido/Hendra Setiawan juga memiliki peluang besar. Sebagai unggulan kedua, dia bisa terhindar dari musuh terbesar yang belum dikalahkannya, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia), di babak awal.
“Semoga saja Koo/Tan terganjal lebih dulu sehingga kami bisa menjadi juara,” sebut Hendra.
Mampukah pasukan Cipayung memecahkan tradisi buruk belakangan ini di ajang yang disebut-sebut sebagai kejuaraan dunia tidak resmi itu? Harapan itu kini dibebankan kepada 26 pemain.
Selamat berjuang, Bung! (Broto Happy W.)
PEMAIN YANG DIKIRIM
---------------------------------------
Tunggal Putra: Sony Dwi Kuncoro, Taufik Hidayat, Tommy Sugiarto
Tunggal Putri: Maria Kristin Yulianti, Adrianti Firdasari, Pia Zebadiah
Ganda Putra: Markis Kido/Hendra Setiawan, Luluk Hadiyanto/Alvent Yulianto, Joko Riyadi/Hendra Aprida Gunawan, Bona Septano/Muhammad Aksan
Ganda Putri: Vita Marissa/Lilyana Natsir, Endang Nursugianti/Rani Mundiasti, Jo Novita/Greysia Polii, Nitya Krishinda/Lita Nurlita
Ganda Campuran: Nova Widianto/Lilyana Natsir, Flandy Limpele/Vita Marissa, M. Rizal/Greysia Polii, Davin Lahardi Fitriawan/Lita Nurlita
sumber :http://www.badminton-indonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2503&Itemid=2
Kamis, 24 Maret 2011
Yonex Nano Speed 500 Badminton Racquet
|
Yonex Nano Speed 9000
| ||
|
Selasa, 22 Maret 2011
Yonex Nano Speed 100 junior
| |||
|
Yonex Nano Speed 8000
| ||
|